Senin, 17 Februari 2014

Sesudah Sinabung serta Kelud Meletus, Bagaimana Status Gunung Api Lain?


Di dalam situasi bencana letusan gunung berapi - sesudah Sinabung lalu Kelud - sebaiknya kita mendengar beberapa pakar. Beberapa orang yang belajar spesial perihal alam Indonesia serta seluruh bahaya yang ada di bawahnya. Karena beberapa lokasi negeri kita ini memanglah bertahta diatas cincin api, ring of fire. Kita juga butuh dengarkan mereka, apakah letusan Sinabung lalu Kelud, punya potensi bangunkan gunung api yang lain, supaya kita waspada serta sekalian tak termakan info sesat yang menakutkan.
Satu hari setelah letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur itu - meletus Kamis minggu lalu 13 Februari 2014 - Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat, memanglah alami penambahan kesibukan vulkanik. Petugas pos pemantau Gunung Papandayan mencatat berlangsung kian lebih 65 kali gempa vulkanik serta tektonik dalam perut Papandayan, Jumat 14 Februari 2014.
Waktu ini gunung yang sempat meletus besar pada th. 1772 itu, masuk level II atau berstatus waspada, berbarengan 16 gunung api yang lain di Indonesia. Pusat Vulkanologi serta Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) selalu memonitor perubahan kesibukan Gunung Papandayan yang fluktuatif ini. Mujur intensitasnya telah alami penurunan.

“Minggu lalu memanglah pernah meningkat. Tetapi saat ini telah turun serta belum ada penambahan lagi, ” kata Kepala PVMBG Hendrasto, Senin 17 Februari 2014. Rekaman seismograf menunjukkan kesibukan gempa di Gunung Papandayan condong turun.

Karakteristik Gunung Papandayan tidak sama dengan Gunung Kelud. Efek erupsi yang diakibatkan Papandayan juga tak akan sebesar Kelud. “Dampaknya optimal tak lagi kian lebih 4 km., ” kata Hendrasto. Sesaat letusan Kelud minggu lalu melemparkan hujan abu, pasir, serta kerikil sejauh 15 km. dengan ketinggian 3. 000 mtr..

Walau erupsi Papandayan diperkirakan tidak sebesar Kelud, tetapi jenis ke-2 gunung api ini sama, yaitu stratovulkan dengan karakterikstik letusan eksplosif. Sebelum saat meletus pada th. 2002, Papandayan mempunyai empat kompleks kawah besar. Namun sesudah meletus, ke empat kawah itu jadi satu area kawah yang cukup besar.

Seperti Gunung Kelud, Papandayan juga mempunyai histori letusan yang membahayakan jiwa walau jumlah korbannya tidak sebesar erupsi Kelud. Th. 1772, letusan Gunung Papandayan terdaftar menghancurkan sekurang-kurangnya 40 desa serta menewaskan seputar 2. 951 orang.

Hendrasto meminta orang-orang di seputar Gunung Papandayan untuk tidak cemas serta menanti info resmi dari pemerintah berkenaan perubahan kesibukan vulkanik gunung setinggi 2. 665 mtr. diatas permukaan laut itu.
Hingga saat ini, Gunung Papandayan tetap di buka untuk jalur pendakian. Tetapi petugas melarang wisatawan mendekati area pada jarak satu km. dari kawah gunung lantaran kawah itu sering keluarkan gas beracun.

Imbauan supaya warga tidak kuatir juga diterbitkan oleh Kepala Pusat Data Info serta Humas Tubuh Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. “Makna dari status waspada yaitu ada kenaikan kesibukan diatas level normal, apa pun type gejalanya. Namun tak gawat, ” kata dia. Pada step waspada, tutur Sutopo, yang utama dikerjakan yaitu lakukan sosialisasi, membahas potensi bahaya, mengecek fasilitas pemantau kesibukan vulkanik, serta memonitor keadaan gunung.

Tujuh bln. waspada

Gunung Papandayan telah tujuh bln. berstatus waspada, dari 6 Juni 2013. Kesibukan gunung di tenggara Bandung itu pernah terpantau tinggi pada Mei 2013. Kepulan asap putih membumbung ke hawa dengan ketinggian 30-50 mtr.. Orang-orang waktu itu diimbau tidak mendekati area dalam radius 2 km. dari kawah.

Tersebut histori kesibukan vulkanik Gunung Papandayan menurut Tubuh Geologi Kementerian Daya serta Sumber Daya Mineral :

Th. 1772
Malam hari 11-12 Agustus, berlangsung erupsi besar dari kawah sentral. Awan panas yang dilontarkan menewaskan seputar 2. 951 orang serta menghancurkan seputar 40 perkampungan.

Th. 1882
Tanggal 28 Mei, sore yang cerah, langit yang jelas. Di Desa Campaka Warna terdengar nada gemuruh dari dalam tanah yang disangka datang dari perut Gunung Papandayan.

Th. 1923
Tanggal 11 Maret, berlangsung erupsi. Papandayan melemparkan lumpur beserta batu-batu sampai jarak 150 mtr.. Ada 7 erupsi dari Kawah Baru. Letusan ini didahului oleh gempa yang jadi di Kecamatan Cisurupan, Garut.

Th. 1924
Tanggal 25 Januari, suhu Kawah Mas naik dari 3. 640 derajat Celcius jadi 5. 000 derajat Celcius. Setelah itu berlangsung erupsi lumpur dari Kawah Mas serta Kawah Baru.

Tanggal 16 Desember, terdengar nada guntur serta ledakan dari Kawah Baru. Letusan itu melemparkan batu serta lumpur ke arah timur meraih Desa Cisurupan, bikin rimba di seputar Kawah Baru gundul lantaran terkena material erupsi.

Th. 1925
Tanggal 21 Februari, berlangsung erupsi lumpur pada Kawah Nangklak yang disusul semburan kuaat gas dengan hujan lumpur.

Th. 1926
Berlangsung erupsi lumpur kecil bercampur belerang di Kawah Mas. Sesaat dari Kawah Baru ada tiupan kuat yang melemparkan tepung belerang sampai meraih jarak 300 mtr. ke arah timur laut, serta 100 mtr. ke barat daya. Lontaran tepung belerang itu disudahi dengan erupsi lumpur belerang.

Th. 1927
Tanggal 16-18 Februari, berlangsung penambahan vulkanik di Kawah Mas. Hingga saat ini kawah itu tetap keluarkan kepulan asap fumarola serta solfatar, dan lumpur air panas.

Th. 1942
Tanggal 15-16 Agustus, lahir lubang erupsi baru.

Th. 1993
Tanggal 17 Juli, berlangsung ledakan lumpur di Kawah Baru.

Th. 1998
Bln. Juni, berlangsung penambahan jumlah gempa, serta ada semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol Kawah Mas yang meraih ketinggian kurang lebih 5 mtr..

Th. 2002
Diawali pada 11 November, berlangsung penambahan kesibukan vulkanik, menyusul erupsi besar pada 13-20 November. Kesibukan ini alami penurunan sampai tanggal 21 Desember.

Disebabkan dari erupsi ini, berlangsung longsoran pada dinding Kawah Nangklak, serta banjir di selama aliran Sungai Cibeureum Gede sampai Sungai Cimanuk sejauh 7 km.. Banjir ini merendam sebagian rumah serta mengakibatkan erosi besar selama alirannya.

Anak Krakatau

Geliat gunung api di Pulau Jawa ini menyebabkan kecemasan ada penambahan kesibukan vulkanik pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Dari th. 2012 hingga saat ini, Gunung Anak Krakatau juga berstatus waspada seperti Gunung Papandayan. “Dari penilaian, hingga hari ini penilaian kesibukan vulkanik Gunung Anak Krakatau tetap normal, ” kata Kepala Pos Penilaian Gunung Anak Krakatau, Anton Pambudi, pada VIVAnews.

Menurut pemantauan paling akhir, Minggu 16 Februari 2014, kesibukan Gunung Anak Krakatau ditandai dengan 34 gempa yang terbagi dalam 1 kali gempa vulkanik dalam, 31 kali gempa vulkanik dangkal, 1 kali gempa embusan, serta 1 kali gempa tektonik.

Seluruhnya kesibukan itu, tutur Anton, sangat normal untuk suatu gunung api. PVMBG mengambil keputusan prosedur standard, yaitu mereferensikan pada orang-orang supaya tidak mendekat ke area dalam radius satu km. dari puncak gunung.

Anton menyebutkan, semua alat awasi yang dipasang di Gunung Anak Krakatau dalam keadaan baik. Th. lalu, PVMBG menaikkan dua seismograf serta alat sensor getaran yang umum dipakai untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah.

Alat penambahan itu dipasang di pantai Gunung Anak Krakatau serta Pulau Panjang. Sesaat dua alat lama pada mulanya dipasang di jalur lava serta punggung bukit Gunung Anak Krakatau.